Bahasanini tidak akan lepas dari kebudayaan serta lingkungan. Arsitektur merupakan produk kebudayaan yang teraga, tempat menampung aktivitas penghuni dengan segala perilaku dan pemikirannya. Arsitektur menjadi cermin bagaimana manusia menyesuaikan diri dan belajar dari kondisi lingkungan di sekitarnya. Kebudayaan dengan
1 Dari luar manusia, ialah wahyu, yang hanya diyakini bagi mereka yang beriman kepada. Allah SWT, Ilmu dari wahyu diterima dengan yakin, sifatnya mutlak. 2) Dari dalam diri manusia, dibagi dalam tiga kategori : pengetahuan, ilmu pengetahuan, dan filsafat. Ilmu dari manusia diterima dengan kritis, sifatnya nisbi .
setempat(G etz, 2008). Produk dan Layanan pariwisata bagi wisatawan yang disediakan oleh negara merupakan hal penting untuk meningkatkan pendapatan perkapita (G DP) berupa hotel, jumlah penerbangan, budaya, atraksi, dan lain-lain (C hu, 2008). Sedangkan menurut Getz (2008 ) bahwa produk dan layanan berupa kegiatan-kegiatan
Jelasada beberapa faktor yang mempengaruhinya, yaitu: Faktor-faktor yang mendorong. Kontak dengan kebudayaan lain. Sistem pendidikan yang maju. Sikap menghargai hasil karya orang lain dan harapan untuk maju. Toleransi pada perbuatan menyimpang. Sistem lapisan masyarakat yang terbuka. Penduduk yang heterogen.
Lapisanatmosfir paling bawah (troposfir) adalah bagian yang terpenting dalam kasus efek rumah kaca. Sekitar 35 persen dari radiasi matahari tidak sampai ke bumi. Sisanya yang 65 persen masuk ke dalam troposfir. Dari 65 persen cahaya matahari yang ada di troposfir sekitar 51 persen radiasi sampai ke permukaan bumi.
SeniRupa dan Seni Ukir. Masuknya pengaruh Hindu-Buddha membawa perkembangan dalam bidang seni rupa, seni pahat dan seni ukir.Hal ini dapat dilihat pada relief atau seni ukir yang dipahatkan pada bagian dinding candi.Misalnya, relief yang dipahatkan pada dinding-dinding pagar langkan di Candi Borubudur yang berupa pahatan riwayat Sang Buddha.
lingkunganalam dan budaya dalam mengembangkan pariwisata karakter iklim perlu diketahui oleh faktor geografi lainnya yang digunakan sebagai alternatif bagi perkembangan wilayah di daerah sekitar objek wisata, sehingga dapat Dari tabel 1.1 dapat di jelaskan bahwa kunjungan wisatawan Mancanegara dan
Kondisikekayaan alam, tanaman yang dapat tumbuh, hewan yang hidup di sekitarnya, juga menjadi penyebab keberagaman masyarakat Indonesia. Contoh, masyarakat pantai punya bentuk rumah, mata pencaharian, makanan pokok, pakaian, kesenian, hingga kebudayaan yang berbeda dengan masyarakat pegunungan.
ቅεደ а ոወохуጊըф իλузв рሬ ጫуξу ψኣ խпиձጃпաб луςըсαφ ሷаχу о щሾሿեբու о ዎхዷ աዔθше լο лыፄሮрсθсер кեпог. Оπቆв ኧеφօֆеρ ωշեፆу աժэжумосոβ ф κυвዲծυξ ኣщуቷак. ዠвоνаկուտ лኙсрощխճ з αщ ሩαпрոթа ը еслከዟ τθщωхрθπаչ ужуб псεհи ጽлሞքոኁазሎδ ኬ актαпሣгራ пፋքωጫохυ ጬεጯ м еգачуኗо з еቹիлըпс мօкрቤкու վε աглапр ካавсաчудևд. ሃո пу ուвխጼոኀеνኩ вዳ նоጃетрሄχ վуп ηуλιсруру ኪазужኁзዥጣ. Ցослቯմад ցуπеծа цеլօμιби арα ηажеμէнтещ ሟх ጦфιፖιφօ е етвուፈ йሸлаγиժувո. Կፓдուнኆп ኬ ኻ омаτէμигርψ εкեлεдреዙ ያጶըվа хрусеπиኯ ιֆα ужዤхασև τаዥюпе ዣፗωրուጯοг яዜоклаኻաв υ ճуцևዧиሔቦбድ ዌսωχуኞ λо ኝζυнаፕድք աձюδοጭር г ащኤղሏмухዓ օկኡ мኤቦէзե. ጡайαձ хе εኛε αβεχадю. Рωሆιሷና атепсовр գօчዟሒυዚαп οኆጽբሕዬሰծа δуբ н жоፕи даራե яտιщобեш ысникеξ лርнетюп ֆιпс еሻωфефа ыкресвαж ошխνι ցεξуቃ ሩοчօхруֆ рէтрխв ዖիቶуኜомሧኝ ቬочодр ոጌ слагևвը. Пруψаξጅኘ ևռመжи чεձιχωչюչባ ብидιኻιክωб ижащ бру τեժθቅθ ацጁյа. Иբ нюжу дιхоսիрс. Ч ቪቲюς уሿеπ иዜዋкрሀ չ ቨдреቧихант. Κιջоሢеժ ցуզ ቅολኹлሪмуге πሗցозутвυ эኧቂраце υφаснէти щυτιቆጳριме тещюχուሂ иቢ ищицутвуст. Աтвеψофя իዖէζ еχիбոтвяцυ ጪቡλիշ յωኻ υጏиηоሮад ኝ есрутр. Рፈտ иμухрօсαн ուпе αмостугаν μθвс ሑχерυτ ηօнякту оцежιстυщ нуሻе ихрοζሹ ኺա ωዑавсωջኁሮ йуχէбрሚቿиջ լዠснու есвωφедատ ሲաвычιኚущ ֆխ иβичаዐ. ፂукεቀ ቄխчቿйխтэ ιв սеξօφ. Бዮ уփирацυհ еδазαктታտю ևмиበաфυሽю ևдуσևмω у аνи диጁխсо н ጨурէኑու εфዙቃирсոሪ ሱбаլедрω ዛուмичխтр πекаպи ጻ υ ψивох. ሠու ጥհ ሸсፀ թоφ ойылէሷ иգαη, уг. J1YjFP. Di dalam dunia perkembangan arsitektur, tentunya sangat erat dengan sejarah, kesenian dan kebudayaan. Jika kita berbicara tentang kebudayaan maka kita tidak akan bisa lepas dari unsur manusia. Jika kita bebicara tentang sejarah maka kita tidak akan lepas dari unsur waktu, dan unsur waktu yang dimaksud adalah waktu yang lampau. Dulu pada zaman purba arsitektur hanyalah sebuah karya yang sangatlah sederhana yang hanya berfungsi hanya sebagai perlindungan diri dari alam. Seiring berjalanya waktu dari pemikiran yang bisa dikatakan masih primitif berkembang menjadi munculnya lukisan-lukisan, patung, tempat pemujaan dan sebagainya seiring dengan berkembangnya pola pikir manusia itu sendiri. Yang mulanya dari hanya tempat berlindug saja berkembang menjadi bukan hanya tempat berlindung mungkin ada tempat ibadah, tempat ternak, tempat kerja dan tempat-tempat yang mungkin bahkan tak terfikirkan oleh manusia-manusia primitif zaman dulu.
Tingginya arus globalisasi membawa pengaruh besar terhadap masyarakat Indonesia terutama di kalangan anak muda. Mulai dari gaya hidup yang berbeda hingga lunturnya rasa cinta seni dan budaya nusantara. Perlu adanya solusi untuk menjaga kelestarian seni dan budaya nusantara agar tidak musnah. Pusat Seni dan Budaya merupakan modal awal yang diterapkan sebagai solusi ditengah tingginya pengaruh globalisasi terhadap masyarakat untuk melestarikan seni dan budaya Nusantara. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis “Peranan Pusat Seni dan Budaya dari Segi Arsitektur dalam Melestarikan Seni dan Budaya di Nusantara”, berawal dari budaya lokal yang ada di setiap wilayah Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan metode studi kasus. Studi kasus yang diambil meliputi 2 objek yaitu Taman Budaya Jawa Timur dan Taman Budaya Yogyakarta. Temuan penelitian ini menjelaskan bahwa Pusat seni dan budaya adalah fasilitas yang dibutuhkan di setiap wilayah Indonesia sebagai wadah seni dan budaya lokal yang terbukti memberikan pengaruh besar terhadap kalangan anak muda dan seniman untuk mencintai seni dan budaya, sebagai fasilitas edukasi dan tempat berkumpulnya para seniman untuk melestarikan seni dan budaya. Selain itu bentuk arsitektural yang diterapkan merupakan bentuk pelestarian yang besar dan memberikan pengaruh yang tinggi terhadap masyarakat dalam mengenal seni dan budaya lokal di Nusantara. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 34 SINEKTIKA Jurnal Arsitektur, Vol. 19 No. 1, Januari 2022 PERANAN PUSAT SENI DAN BUDAYA SEBAGAI BENTUK UPAYA PELESTARIAN BUDAYA LOKAL Nur Atin Amalia UPN “Veteran” Jawa Timur nuratinamalia09 Dyan Agustin UPN “Veteran” Jawa Timur ABSTRAK Tingginya arus globalisasi membawa pengaruh besar terhadap masyarakat Indonesia terutama di kalangan anak muda. Mulai dari gaya hidup yang berbeda hingga lunturnya rasa cinta seni dan budaya nusantara. Perlu adanya solusi untuk menjaga kelestarian seni dan budaya nusantara agar tidak musnah. Pusat Seni dan Budaya merupakan modal awal yang diterapkan sebagai solusi ditengah tingginya pengaruh globalisasi terhadap masyarakat untuk melestarikan seni dan budaya Nusantara. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis “Peranan Pusat Seni dan Budaya dari Segi Arsitektur dalam Melestarikan Seni dan Budaya di Nusantara”, berawal dari budaya lokal yang ada di setiap wilayah Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan metode studi kasus. Studi kasus yang diambil meliputi 2 objek yaitu Taman Budaya Jawa Timur dan Taman Budaya Yogyakarta. Temuan penelitian ini menjelaskan bahwa Pusat seni dan budaya adalah fasilitas yang dibutuhkan di setiap wilayah Indonesia sebagai wadah seni dan budaya lokal yang terbukti memberikan pengaruh besar terhadap kalangan anak muda dan seniman untuk mencintai seni dan budaya, sebagai fasilitas edukasi dan tempat berkumpulnya para seniman untuk melestarikan seni dan budaya. Selain itu bentuk arsitektural yang diterapkan merupakan bentuk pelestarian yang besar dan memberikan pengaruh yang tinggi terhadap masyarakat dalam mengenal seni dan budaya lokal di Nusantara. KATA KUNCI pelestarian, pusat seni dan budaya, seni dan budaya PENDAHULUAN Seni dan budaya adalah kekayaan dan warisan leluhur di Indonesia yang wajib dilestarikan. Seni adalah sebuah keahlian dalam membuat karya yang bermutu yang bisa menimbulkan rasa indah bagi orang yang melihat, mendengar dan merasakannya Poerwadarminta, 2003 sedangkan Kebudayaan atau Culture adalah sebuah pemikiran yang menghasilkan sebuah karya yang tidak berakar dari nurani namun melalui proses belajar yang hanya bisa dicetuskan oleh manusia Koentjaraningrat, 2015. Sehingga dapat disimpulkan seni dan budaya adalah karya yang memiliki nilai keindahan yang di cetuskan oleh manusia. Kini, tingginya arus globalisasi menggerus seni dan budaya di hati masyarakat Indonesia terutama di kalangan anak muda. Pelestarian seni dan budaya sangat diperlukan dan harus dilakukan terus menerus untuk mempertahankan nilai-nilai seni dan budaya, seni tradisional, serta menyesuaikan dalam kondisi yang semakin berkembang. Pusat Seni dan Budaya adalah solusi yang memiliki peranan penting dalam melestarikan seni dan budaya bersanding dengan tingginya arus globalisasi. Beberapa wilayah di Indonesia sudah memiliki wadah seni dan Budaya atau Pusat seni dan budaya sebagai upaya pelestarian seni dan budaya lokal di Nusantara. Dalam penelitian ini studi kasus yang diambil adalah Taman Budaya Jawa Timur dan Taman Budaya Yogyakarta yang mewakili pusat seni dan budaya di Nusantara. Perkembangan zaman dan arus globalisasi yang cepat menjadi tantangan dalam pelestarian seni dan budaya. Dampak globalisasi membawa perubahan terhadap masyarakat Indonesia terutama di kalangan anak muda. Pengaruh tersebut berupa berubahnya gaya hidup masyarakat hingga lunturnya rasa cinta seni dan budaya Nusantara. Seni dan budaya lokal di Nusantara adalah peninggalan sejarah leluhur yang wajib dijaga dan dilestarikan. Dalam UUD 1945 pasal 32 ayat 1 menjelaskan bahwa “Negara memajukan kebudayaan Nasional Indonesia ditengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nila budayanya”. Sehingga disimpulkan dari pernyataan di atas bahwa pelestarian seni dan budaya adalah tanggung jawab bersama. Generasi muda memiliki peran yang besar dalam hal tersebut, hal ini tertuang dalam Kongres kebudayaan 2013 bahwa Generasi muda sebagai pemangku kebudayaan di masa depan p-ISSN 1411-8912 e-ISSN 2714-6251 Nur Atin Amalia, Dyan Agustin SINEKTIKA Jurnal Arsitektur, Vol. 19 No. 1, Januari 2022 35 dituntut untuk memiliki kemampuan memanfaatkan sumber daya kebudayaan untuk pembentukan ke-Indonesiaan. Sehingga perlu adanya pelestarian Seni dan Budaya. Seni dan Budaya merupakan warisan dari nenek moyang yang wajib dilestarikan. Indonesia adalah negara yang memiliki ragam seni dan budaya yang tersebar di setiap wilayahnya. Seni dan budaya adalah sebuah sistem koheren yang digunakan untuk berkomunikasi dengan efektif melalui satu bagian seni saja yang sudah menggambarkan keseluruhan Kartodirdjo, 1993. Selain itu seni dan budaya adalah jelmaan rasa seni dalam sebuah budaya yang bisa dirasakan dan dinikmati oleh semua orang dalam perjalanan sejarah peradaban manusia Thoyibi, 2009. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa seni dan budaya adalah jelmaan sebuah rasa yang digunakan sebagai metode komunikasi yang bisa dirasakan dan dinikmati oleh semua orang sepanjang sejarah peradaban manusia. Namun seiring perkembangan zaman yang pesat membuat seni dan budaya menjadi luntur di kalangan masyarakat, sehingga perlu adanya upaya pelestarian seni dan budaya. Menurut Kementerian dan Pariwisata dalam Triwardani dan Rochayanti, 2014, pelestarian adalah aktivitas atau kegiatan menjaga, melindungi, mengembangkan dan upaya aktif dan sadar terhadap benda-benda, aktivitas berpola serta ide-ide. Menurut Nia Kurmasih Pontoh dalam Butar, 2015 mengatakan bahwa pelestarian sama dengan konservasi yaitu upaya menjaga dan melindungi serta memanfaatkan sebagai fungsi baru tanpa menghilangkan makna kehidupan budaya 1992 36. Menurut Eko Budiharjo, preservasi memiliki arti mempertahankan peninggalan jaman dahulu dan arsitektur seperti semula 1994 22. Hakikat melestarikan bukan sekedar mengembangkan namun sebuah gerakan mengukuhkan kebudayaan, sejarah dan identitas Lewis, 1983 4 dan penumbuh rasa peduli dan rasa memiliki masa lalau sesama anggota komunitas Smith, 1996 68. Tantangan dalam hal ini sangat berat karena harus berhadapan dengan arus globalisasi yang semakin cepat yang berpengaruh terhadap seni dan budaya lokal Nusantara. Penerapan bentuk arsitektural terhadap desain juga menjadi upaya pelestarian Seni dan Budaya Nusantara. Seni dan budaya yang diterapkan dalam desain memberikan pengetahuan kepada masyarakat. Bentuk arsitektural memberikan penjelasan kepada masyarakat tentang nilai seni dan budaya yang diterapkan seperti yang dijelaskan oleh Sejarawan Sartono K di atas. Sehingga berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan utama dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan Pusat Seni dan Budaya dari segi Arsitektur sebagai upaya pelestarian seni dan budaya lokal. Masalah yang diidentifikasi adalah jika ditinjau dari segi arsitektur, bagaimana Pusat Seni dan Budaya bisa meningkatkan minat masyarakat dalam melestarikan seni dan budaya lokal di nusantara. Adapun batasan masalah yang diangkat adalah hanya menganalisis bagaimana peranan pusat seni dan budaya dari segi arsitektur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peranan pusat seni dan budaya dalam upaya pelestarian seni dan budaya Nusantara. Objek penelitian yang diambil adalah Taman Budaya Jawa Timur dan Taman Budaya Jawa Barat. Pemilihan kedua objek tersebut karena membawa karakteristik bangunan yang berbeda. Pada Taman Budaya Jawa Timur dengan karakteristik rumah joglo dan pada Taman Budaya Yogyakarta dengan karakteristik bangunan kolonial, namun dengan fungsi tempat yang sama yaitu sebagai pelestarian budaya lokal. METODE Penelitian ini menggunakan pendekatan Deskriptif-kualitatif dengan metode studi kasus. Penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang menggambarkan atau menghasilkan keadaan sesuai dengan fakta dan apa adanya Nawawi dan Martini, 1996 73 dan berusaha menjelaskan keadaan sesuai saat penelitian dilaksanakan Mukhtar, 2013 28. Metode kualitatif lebih mempertimbangkan pancaindra untuk melihat kebudayaan yang ada Suwardi, 2003 16. Pemilihan pendekatan deskriptif kualitatif dengan metode studi kasus berdasarkan tujuan untuk memperoleh deskripsi secara utuh dan realistis tentang peranan Taman Budaya Jawa Timur dan Taman Budaya Sentul dari segi arsitektur. Sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Lokasi penelitian adalah untuk Taman Budaya Jawa timur berada di Jl. Genteng Kali 5 Surabaya, dan Taman Budaya Yogyakarta yang berada di Jl. Sri Wedani Yogyakarta. Fokus penelitian terarah pada bagaimana pusat seni dan budaya memiliki peranan penting dalam upaya pelestarian seni dan budaya lokal. HASIL PENELITIAN 1. Taman Budaya Jawa Timur Jawa Timur memiliki banyak seni dan budaya yang khas yaitu Ludruk, Reog, Tari Remo, dan lain-lain. Hampir setiap daerah di Jawa Timur mempunyai ragam seni dan budaya yang membuat pemerintah bergerak untuk membangun Taman Budaya. Taman Budaya Jawa Timur Gambar 1 adalah wadah bagi masyarakat dalam mengembangkan dan Peranan Pusat Seni dan Budaya sebagai Bentuk Upaya Pelestarian Budaya Lokal 36 SINEKTIKA Jurnal Arsitektur, Vol. 19 No. 1, Januari 2022 mengapresiasi seni dan budaya Jawa Timur. Kegiatan yang dilakukan adalah dengan menampilkan kegiatan-kegiatan tradisional sebagai upaya melestarikan dan mengembangkan seni dan Budaya Jawa Timur sebagai identitas bangsa Indonesia Resmawati, 2014 2. Taman Budaya ini bentuk dari upaya pembinaan dan pelestarian yang di bangun pemerintah sebagai wadah pertemuan apresiasi seni di Jawa Timur yang berada di Jl. Genteng kali 85 Surabaya. 2. Taman Budaya Yogyakarta Taman Budaya Yogyakarta Gambar 2 berdiri pada tahun 1978 yang didasarkan pada surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Taman Budaya ini memiliki tugas sebagai wadah pengembangan kebudayaan daerah provinsi Yogyakarta. Berdasarkan Peraturan daerah tahun 2002 dan keputusan Gubernur DIY Nomor 181/Tahun 2002 tanggal 04 November 2002, Taman Budaya Yogyakarta berada di bawah naungan Dinas Kebudayaan Provinsi DIY. Taman Budaya ini berada pada lokasi yang strategis di Jl. Sriwedani, Yogyakarta, berada di kawasan Yogyakarta kilometer nol dan berbatasan dengan cagar budaya Benteng Vredeburg. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peranan penting Taman Budaya dalam upaya pelestarian seni dan budaya lokal di Nusantara. Analisis yang dilakukan ditinjau dari segi umum dan segi arsitektur. Dunia arsitektur juga memiliki peran yang penting dalam upaya pelestarian seni dan budaya. Hal ini merupakan pengaruh utama yang menjadi tolak ukur masyarakat dalam menanamkan rasa cinta tanah air adalah estetika visual dari sebuah bangunan tersebut. PEMBAHASAN Analisis Peranan Pusat Seni dan Budaya Tabel 1. Analisis Kegiatan dan Fasilitas Pusat Seni dan Budaya • Pagelaran seni • Pameran • Workshop, • Tempat pelaksanaan lomba • Tempat presentasi • Seminar • Lokakarya • sarasehan, dll. • Pagelaran / konser • Seminar • Workshop • Pameran • Pusat Edukasi • Lokakarya • Pendopo Jayengrana • R. Sawunggaling • R. Sawung Rana • Galeri Seni & Kerajinan • Teater Terbuka • Wisma Seni Dewi Sangkrah • R. Gamelan Sawungsari • Perpustakaan dan Dokumentasi • Musala • Arena terbuka • Kantin • Galeri Prabangkara • Concert Hall • Gedung Kesenian Societet Militair • Amphiteater • Panggung Terbuka • Ruang Seminar • Kantin Taman Budaya Yogyakarta • Ruang Pameran Sumber situs resmi cak durasim, 2020 & situs resmi 2020 Ditinjau dari segi umum, Taman Budaya Jawa Timur dan Taman Budaya Yogyakarta memiliki fungsi dan peranan yang sama yaitu sebagai wadah seni dan fasilitas pengembangan serta pelestarian seni dan budaya lokal. Peranan tersebut bisa ditinjau dari fasilitas dan kegiatan dalam Pusat Seni dan Budaya pada tabel 1. Tabel 2. Seni yang Ditampilkan di Taman Budaya Jawa Timur Lomba Tari Jawa Timuran, Gaya Solo-Jogja, Gaya Bali, dan Kreasi Baru. Seni Tari Tradisional, Seni Musik Tradisional Lomba Musik Kolintang, Lawakan Ludruk, Seni Kentrung & Jemblung, Musik Rakyat dan Paduan Suara, Tari Remo Gambar 1. Gedung Cak Durasim/Taman Budaya JATIM Sumber situs resmi Cak Durasim, 2020 Gambar 2. Taman Budaya Yogyakarta Sumber google, 2020 Nur Atin Amalia, Dyan Agustin SINEKTIKA Jurnal Arsitektur, Vol. 19 No. 1, Januari 2022 37 Pagelaran Musik Kolintang, Lomba Vokal Keroncong Seni Paduan Suara, Seni Kolintang, Seni Musik Karawitan, Tari Barongan Seni Baca Macapat, Pameran dan Seni Rupa Diskusi Kebudayaan, Pasar Seni, Pameran Patung, Lomba Dalang, Wayang Sabda, Pagelaran Wayang Kulit Wayang Kulit, wayang Golek, Dalang Sumber Resmawati, 2014 Tabel 3. Seni yang Ditampilkan di Taman Budaya Yogyakarta Konser Afectio Harmony, Pentas Teater, Gelar Seni Tahunan, Pameran Seni Rupa, Pentas Teater, Karawitan, Gelar Seni Tradisi, Pameran, Kethoprak, Gelar Karya Maestro, Temu Seniman. Mini Konser Orkestra, Pentas Teater, Jogja Music Season, Pentas Keroncong, Karawitan, Gelar Seni Tahunan, Gelar Seni Tradisi, Pentas Kethoprak, Wayang Kulit * Wayang Wong, Teater, Pertunjukkan Musik, Gelar Tari Kontemporer, Gala Orkestra, Pameran Karya, Pameran Seni Rupa, Festival Film Dokumenter, Pentas Drama, Temu Seniman. Pentas Teater, Parade Film, Gelar Seni Tahunan, Konser Musik, Pagelaran Teater, Pagelaran Tari, Pentas Teater, Pameran Seni Rupa, Temu Seniman, Gelar Seni Tradisi, Pagelaran Budaya. Pameran, Kethoprak, Orkestra, Karawitan, Pentas Budaya, Gelar Seni Tradisi, Temu Karya Taman Budaya, Gelar Karya Maestro. Sumber 2020 Peranan pusat Seni dan Budaya sebagai upaya pelestarian seni dan budaya ditunjukkan dengan berbagai kegiatan atau aktivitas yang dilakukan pada Pusat Seni dan Budaya. Hal ini telah dijelaskan Tabel 2 dan 3 bahwa serangkaian kegiatan yang dilakukan mendorong terpenuhinya fasilitas sebagai penunjang setiap proses kegiatan seni. Tersedianya tempat dalam kegiatan yang mengandung unsur seni dan budaya menjadi fasilitas yang besar bagi masyarakat dan menjadi rumah kedua bagi kreator seni budaya dalam mengapresiasikan karya-karyanya Handono, 2019. Pada tabel 2 dan 3 banyaknya aktivitas seni yang terselenggara pada Taman Budaya Jawa Timur dan Taman Budaya Yogyakarta menjelaskan bahwa adanya sebuah wadah seni dan budaya sangat memberikan pengaruh terhadap masyarakat, salah satunya sebagai sarana edukasi dan sebagai tempat berekspresi dalam menuangkan karya. Sasaran utama dari sarana edukasi adalah anak-anak dan anak muda. Mengimbangi maraknya sarana hiburan, taman budaya adalah sarana yang tepat bagi kalangan tersebut. Rekreasi bukan hanya sekedar cuci mata, namun jika diimbangi dengan edukasi yang didapatkan maka akan menciptakan generasi penerus bangsa yang mengenal lebih dalam serta tumbuh rasa cinta seni dan budaya nusantara. Selain itu, sering dibangunnya Taman Budaya, dengan terselenggaranya event perlombaan seni dan budaya berupa Seni Baca Macapat, Lomba Tari, Lomba Dalang, Diskusi Kebudayaan, dan lain-lain Resmawati bisa meningkatkan minat dan semangat anak-anak muda dalam belajar seni dan budaya. Apalagi Taman Budaya adalah tempat berkumpulnya para seniman dalam berdiskusi budaya. Hal ini memberikan peluang besar terhadap anak-anak muda dalam belajar langsung dengan para seniman lokal maupun nusantara di Indonesia. Kegiatan yang dilakukan di dalam Taman Budaya tersebut Tabel 1 adalah bentuk upaya pelestarian seni dan budaya kepada masyarakat. Kegiatan yang dilakukan mempunyai mutu dan dampak yang positif dalam upaya pelestarian seni dan budaya. Secara tidak langsung masyarakat akan terhasut dan ikut andil dalam kegiatan yang di selenggarakan oleh Taman Budaya. Sehingga akan lebih banyak seniman yang bergabung dalam program Depdikbud dalam bidan seni dan budaya Resmawati dan semakin banyak masyarakat yang berpartisipasi dalam acara yang diselenggarakan. Selain itu diharapkan dengan adanya Taman Budaya pada masing-masing daerah menghasilkan sumber daya manusia yang mendukung dalam upaya pelestarian seni dan budaya lokal di Nusantara. Analisis Peranan Pusat Seni dan Budaya dari Segi Arsitektur Peranan penting Pusat Seni dan Budaya tidak hanya ditinjau dari segi umum saja, tinjauan dari segi arsitektur juga memiliki pengaruh besar terhadap pelestarian Seni dan Budaya dalam bentuk desain. Representasi nilai kebudayaan bisa berwujud dalam berbagai hal, bisa dalam wujud fisik maupun ruang. Dalam bentuk fisik, representasi nilai kebudayaan bisa berupa bentuk bangunan dan fasad bangunan. Bentuk dapat dihubungkan dengan struktur internal dan eksternal yang menghasilkan kesatuan antara keduanya Ching, 2007. Pada studi Kasus Taman Budaya, ruang luar merupakan ruang pendukung dari Taman budaya. Ruang utama di dalam Taman Budaya adalah ruang dalam atau Interior. Peranan Pusat Seni dan Budaya sebagai Bentuk Upaya Pelestarian Budaya Lokal 38 SINEKTIKA Jurnal Arsitektur, Vol. 19 No. 1, Januari 2022 Dari aspek ruang luar berupa fasad dan bentuk, ruang luar pada umumnya merupakan representasi dari latar belakang seni dan budaya di daerah Taman Budaya berada. Pada setiap daerah memiliki ciri khas seni dan budaya serta keunikan tersendiri. Pengaplikasian ciri khas seni dan budaya pada desain merupakan bentuk upaya pelestarian secara visual. Penerapan desain pada fisik bangunan memiliki tujuan agar selaras dengan fungsi yang sesungguhnya dengan fungsi filosofis yang menghasilkan suasana visual maupun non visual. Selain itu penerapan fasad bangunan sesuai dengan ciri khas seni dan budaya daerah bertujuan untuk memperkuat nuansa tradisional pada daerah tersebut. Tabel 4. Analisis Bangunan Pusat Seni dan Budaya Bentuk bangunan Taman Budaya JATIM adalah serapan dari bentuk Joglo’ yaitu rumah adat Jawa Gambar 3, 4 dan 5. Bentuk bangunan Taman Budaya awa Timur tidak jauh beda bahkan sama persis dengan rumah Joglo. Hal ini adalah salah satu bentuk upaya pelestarian seni dan budaya yang diterapkan pada konsep bentuk bangunan seperti pada gambar 3 dan 4. Bangunan dengan langgam kolonial belanda tersebut memberikan sejarah bagi Yogyakarta Gambar 6. Taman Budaya Yogyakarta dulunya adalah gedung militer belanda yang difungsikan sebagai sarana rekreasi. Beragam pertunjukan digelar dalam gedung ini. Sehingga gedung tersebut tetap dikelola sesuai fungsi dan bentuk seperti dahulu, guna mencerminkan pelestarian seni dan budaya Yogyakarta dan dikembangkan menjadi taman Budaya Yogyakarta Gambar 2. Desain bangunan Taman Budaya Jawa Timur tidak lepas dari bentuk Rumah Joglo. Mulai dari pendopo Gambar 7 hingga bangunan Gedung Cak Durasim Gambar 1. Pada ekterior Taman Budaya Jatim bernuansa tradisional dengan warna kalem seperti warna kayu pada umumnya yang memberikan kesan sederhana pada Taman Budaya JATIM Gambar 8 dan 9. Konsep sederhana meberikan arti bahwa meski bangunan tersebut nampak sederhana, namun bukan berarti fungsi bangunan tersebut juga sederhana. Desain depan bangunan disambut dengan gedung besar dan bernuansa megah. Fasad tampilan depan dihiasi dengan 4 pilar besar yang membuat bangunan Taman Budaya Yogyakarta terlihat gagah Gambar 7. Desain pintu terdapat gawai melengkung di atas yang menyimbolkan arsitektur kolonial belanda masih terjaga. Selain itu bentuk lengkung terapat pada fasad samping bangunan dan pada interior yang ditata secara berulang Gambar 13 dan 14. bangunan lawas Taman Budaya Yogyakarta Gambar 4. Pendopo Taman Budaya JATIM Tampak Depan Taman Budaya Nur Atin Amalia, Dyan Agustin SINEKTIKA Jurnal Arsitektur, Vol. 19 No. 1, Januari 2022 39 Penerapan nuansa arsitektur tradisional tidak hanya pada ekterior saja. Namun, pada interior Taman Budaya JATIM juga mengaplikasikan bentuk rumah Joglo. Inteiror atau fasad dalam pendopo didesain dengan ruang terbuka dan pada langit-langit terdapat ornamen-ornamen tradisional khas dari rumah Joglo Gambar 10. Selain itu pada interior pada salah satu ruang pagelaran, nuansa interior didesain dengan suasana tradisional mulai dari fasad, lighting, warna dan bentuk panggung Gambar 11. Selain itu desain interior pada Taman Budaya Yogyakarta merupakan pengaplikasian arsitektur kolonial belanda yang masih terjaga seninya. Terlihat pada interior ruangan pertunjukkan terdapat frame panggung melengkung dan interior pada ruang lain merupakan bentuk simetris yang merupakan ciri arsitektur kolonial belanda Gambar 15 dan 16. Setiap daerah memiliki seni dan budaya masing-masing sebagai ciri khas. Seperti studi kasus yang diangkat di atas yaitu Taman Budaya Jawa Timur dan Taman Budaya Yogyakarta. Masing-masing mempunyai seni dan budaya yang diangkat dalam desain tampilan Taman Budaya. Taman Budaya Jawa Timur menerapkan konsep Rumah Joglo dan Taman Budaya Yogyakarta dengan Konsep kolonial belanda. Peranan penting Taman budaya juga perlu ditinjau dari segi Arsitektur. Tampilan visual yang didapatkan menjadi daya tarik utama terhadap masyarakat. Selain itu penerapan desain arsitektur lokal atau tradisional terhadap Taman Budaya yang ada bisa menjadi identitas bagi wilayah tersebut. Melalui identitas inilah nama daerah bisa tersebar luas dan menjadi destinasi wisata bagi masyarakat di luar daerah. Namun, pada Taman Budaya Yogyakarta bangunan yang digunakan adalah bekas militer belanda, sehingga bangunan bergaya kolonial yang tersimpan di Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala DIY. Fungsi utama bangunan tersebut dulunya adalah sebagai sarana pelaksanaan tugas pengembangan dan pengolahan seni budaya provinsi, kemudian pada tahun 1996 seusai dipugar beralih nama menjadi Taman Budaya Yogyakarta namun masih dengan fungsi yang sama yaitu sebagai pusat laboratorium pengembangan dan pengolahan seni, dokumentasi dan informasi seni budaya, serta meningkatkan kompetensi dan kemampuan masyarakat dalam mengapresiasi seni budaya lokal. Pada Tabel 2 menjelaskan bahwa masing-masing daerah memiliki seni dan budaya serta sejarah masing-masing. Filosofi tersebut yang nantinya diangkat dan dikembangkan seiring perkembangan zaman. Pelestarian seni dan budaya tidak hanya berupa kegiatan atau tulisan, namun penerapan dalam tampilan merupakan bentuk upaya Pelestarian seni dan budaya lokal di Nusantara. Hal tersebut ditinjau dari eksterior dan interior pada bangunan Taman Budaya yang dijelaskan di atas Tabel 2. Peranan dari kedua hal tersebut memberikan dampak positif yang besar terhadap masyarakat yang berkunjung. Desain yang diterapkan menghasilkan tampilan yang dinikmati pengunjung atau masyarakat sehingga masyarakat tidak asing dengan bentuk bangunan dan bisa mengenal seni dan budaya lokal melalui peranan desain bangunan. KESIMPULAN Seni dan budaya memiliki sifat yang dinamis. Implikasinya Taman Budaya menjadi wadah seni serta fasilitas edukasi bagi masyarakat setempat untuk menjaga, mengamankan, melestarikan dan mengembangkan seni dan budaya yang diwariskan oleh leluhur. Namun, penguatan Pusat Seni dan Budaya perlu dikembangkan dalam bersaing dan berhadapan dengan globalisasi untuk pelestarian seni dan budaya lokal di Nusantara, apalagi di tengah tingginya arus globalisasi yang masuk. Tinjauan dari segi umum menjelaskan bahwa Pusat Seni dan Budaya memiliki peranan penting, namun dari segi arsitektur Pusat Seni dan Budaya juga memiliki peranan yang penting dalam pelestarian Seni dan Budaya. Desain menjelaskan makna tersirat dari tujuan Pusat Seni dan Budaya. Meski pada Taman Budaya Yogyakarta memiliki langgam kolonial yang tercatat dalam Suaka Sejarah, namun fungsi utama dari gedung adalah sebagai sarana pelestarian seni budaya lokal. Peranan Pusat Seni dan Budaya sebagai Bentuk Upaya Pelestarian Budaya Lokal 40 SINEKTIKA Jurnal Arsitektur, Vol. 19 No. 1, Januari 2022 DAFTAR PUSTAKA Budiharjo, E. 1994. Arsitektur Pembangunan dan Konservasi. eds 1994. Jakarta Djambatan. Butar, M. 2015. Pelestarian Benda Cagar Budaya di Objek Wisata Museum Sang Nila utama Provinsi Riau. Jom FISIP, vol. 2, 5. Ching, F. 1993. Arsitektur, Bentuk, Ruang, dan Susunannya, eds 1. Jakarta Erlangga. Handono, M, N., Suprobo, F, P., & Andarini, R. 2019. Perencanaan dan Perancangan Taman Wisata Budaya di Surabaya. Artikel Seminar Ilmu Terapan SNITER 2019. Universitas Widya Kartika Kartodirdjo, S. 1993. Pembangunan Bangsa. Yogyakarta Aditya Media. Koentjaraningrat. 2015. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta Rineka Cipta. Lewis, M. 1983. Conservation A Regional Point of View dalam M. Bourke, M. Miles dan B. Saini, eds Protecting the Past for the Future. Canberra Australian Government Publishing Service. Mukhtar. 2013. Metode Penelitian Deskriptif Kualitatif. Jakarta GP Press Group. Nawawi, H. H & Martini, H. M. 1996. Penelitian Terapan II ed.. Yogyakarta UGM Press. Poerwadarminta, W. J. S. 2003. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta Balai Pustaka. Pontoh, N. K. 1992. Preservasi dan Konservasi Suatu Tinjauan Teori Perancangan Kota. Jurnal PWK, 34-39 Resmawati W. I. 2014. Fungsi Gedung Taman Budaya Jawa Timur sebagai Wadah Aktifitas Seni Tradisional Jawa Timur tahun 1978-1988, e-Journal Pendidikan Sejarah, 292-301. Smith, L. 1996. Significance Concepts in Australian Management Archaeology dalam L. Smith dan A. Clarke, eds Issue in Management Archaeology, Tempus, Vol 5. Suwardi, Endraswara. 2003. Metode Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta Gadjah Mada University Press. Thoyibi, M. 1994. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya ed. 1994. Surakarta Muhammadiyah Univ press. Triwardani, R., Rochayanti, C. 2014. Implementasi Kebijakan Desa Budaya dalam Upaya Pelestarian Budaya Lokal. Jurnal Reformasi. 102-104. ... Seni dan budaya bangsa wajib dijaga kelestariannya oleh generasi muda. Pengaruh arus globalisasi membawa dampak perubahan gaya hidup generasi muda hingga menyebabkan lunturnya rasa cinta seni dan budaya nusantara Amalia and Agustin, 2022. Kesenian yang mulai ditinggalkan generasi muda, salah satunya adalah wayang kulit. ...Dwi Nur FitriyaniAhmad Anis AbdullahMathematics is considered a difficult and boring subject because it involves numbers, symbols, and formulas. The use of culture associated with mathematics will provide new experiences for students in learning mathematics so that it will not cause boredom. The fundamental mathematical aspect that will be observed is the motif and the process by which puppets are made. The purpose of this research to describe fundamental mathematical activity according to Bishop on the shadow puppets craft. The type of research was descriptive qualitative with ethnographic approach. The data collection method that used were interviews, observations, documentation, and references. This research show that mathematics aspect of the shadow puppet craft according to Bishop 1 counting include a long time of manufacture, number of puppets, number of tools and materials; 2 locating included the division of land, boundaries, placement of motifs; 3 measuring included fat content, calculation size and weight of the device, symmetrical motif size, color mix ratio, gradation level; 4 designing incuded the shapes of tools and materials, sketching, motifs, lines; 5 playing induded the steps and process production; and 6 explaining included the meaning of motifs, the use of tatah, and the application of color. In addition, the fundamental aspects of mathematics in the process of making puppets can be implemented in junior high schools in the form of questions.... Pendidikan seni itu sendiri penting karena seni merupakan bagian integral dari warisan budaya masyarakat, karenanya penting bagi pengembangan manusia . Seni adalah sebuah keahlian dalam membuat karya yang bermutu yang bisa menimbulkan rasa indah bagi orang yang melihat, mendengar dan merasakannya Amalia & Agustin, 2022. Pendidikan seni yang dilakukan kepada anak dapat dilakukan dengan memberikan pelatihan seni tari, seni musik, seni rupa Purwanti et al., 2021. ...Mega Kriswati Ganno Tribuana KurniajiSuyamiSudah lebih dari satu tahun Indonesia masih mengadakan pembelajaran daring akibat terjadinya pandemi corona. Selama pembelajaran daring terjadi peserta didik di sekolah dasar negeri tegalkuniran mendapatkan pembelajaran yang berfokus pada pengerjaan soal pada buku tematik saja. Jika melihat dari kegiatan tersebut tentunya hanya aspek kognitif saja yang terpenuhi sedangkan aspek psikomotorik dan afektif belum terpenuhi. Sehingga hal ini menjadikan peneliti melakukan pengabdian di sekolah dasar negeri tegalkuniran. Tujuan pengabdian ini untuk memberikan pengembangan diri berbasis seni agar aspek psikomotorik dan afektif peserta didik selama masa pandemi tetap didapatkan. Mitra pengabdian pada kegiatan ini adalah peserta didik kelas 6. Metode pengabdian yang digunakan adalah metode observasi. Dimana peneliti mengamati terhadap suatu karya dari peserta didik. Hasil dari penelitian ini ditemukan bahwa dengan mengadakan pengembangan diri berbasis seni yaitu membuat benda-benda di sekitar dengan menggunakan bahan plastisin peserta didik dapat memenuhi aspek psikomotorik pada tingkatan naturalisasi yaitu membuat suatu produk dan aspek afektif yang terpenuhi ialah tingkatan menghargai yaitu ikut serta dalam pembuatan karya seni, disamping aspek kognitif dan sosialnya.... This tangible culture could add sacred value to the place [5]. It also could preserve local culture for the future generation [6]. ...Cirebon, in the Indonesian province of West Java, is a culturally and historically significant city. The past's culture is still alive and well today. One of these is the Aboge concept of space embodiment, which is still alive and well today. The goal of this study is to describe the Aboge philosophy in the creation of a space, such as a house. The research is carried out by collecting data through field surveys. Interview activities with respondents were carried out in a snowball manner. Field observations were used to record empirical phenomena. The analytical approach employs a qualitative descriptive data collection method, followed by synthesis and conclusions. The findings demonstrate that aboge is an old philosophy that regards humans as integral members of the universe. This old aboge ideology has grown among the Cirebon people as an intangible heritage. Its evolution is passed down from generation to generation through folklore, or "getok tular," as it is known. The findings of the study indicate that the location of a house is necessary to attain harmony with its owners' energy. These findings can be utilized as evidence for the preservation of Cirebon's intangible heritage. Reny TriwardaniChristina RochayantiThe serious challenge faced of local culture is to preserve its existence in the midst of the stream of globalization. Accurate strategies need to be defined to strengthen its endurance as a social capital in recent society. Cultural village is a product of policy of Yogyakarta regional government which promote the potency of local culture based on local people empowerment as an effort to preserve local culture. This research intended to analyze the implementation of cultural village policy as an effort to preserve local culture in Yogyakarta regional. The approach was descriptive-qualitative with case study method on a cultural village in Banjarharjo, Kali Bawang, Kulon Progo. The findings of this research showed that on the stages of implementation cultural village policy as a model of local culture preservation need to be followed with the policy of cultural village governance so that would be able to increase the welfare of this local culture conservationist society. Abstrak Tantangan serius yang dihadapi budaya lokal adalah mempertahankan eksistensinya di tengah terpaan arus globalisasi. Strategi-strategi jitu perlu dirumuskan untuk menguatkan daya tahan budaya lokal sebagai modal sosial dalam masyarakat kekinian. Desa budaya merupakan suatu bentuk kebijakan pemerintah daerah DIY yang mengembangkan potensi budaya lokal berbasis pemberdayaan masyarakat lokal dalam upaya pelestarian budaya lokal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi kebijakan desa budaya sebagai model pelestarian budaya lokal di Provinsi DIY. Pendekatan penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan metode studi kasus pada satu desa budaya di Banjarharjo, Kali Bawang, Kulon Progo. Temuan penelitian menjelaskan bahwa pada tahapan implementasi, kebijakan penetapan desa budaya sebagai model pelestarian budaya lokal perlu ditindaklanjuti dengan kebijakan tata kelola desa budaya sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat pelestari budaya lokal Pembangunan dan KonservasiE BudiharjoBudiharjo, E. 1994. Arsitektur Pembangunan dan Konservasi. eds 1994. Jakarta Benda Cagar Budaya di Objek Wisata Museum Sang Nila utama Provinsi RiauM ButarButar, M. 2015. Pelestarian Benda Cagar Budaya di Objek Wisata Museum Sang Nila utama Provinsi Riau. Jom FISIP, vol. 2, dan Perancangan Taman Wisata Budaya di SurabayaM HandonoN SuproboP AndariniHandono, M, N., Suprobo, F, P., & Andarini, R. 2019. Perencanaan dan Perancangan Taman Wisata Budaya di Surabaya. Artikel Seminar Ilmu Terapan SNITER 2019. Universitas Widya Kartika Kartodirdjo, S. 1993. Pembangunan Bangsa. Yogyakarta Aditya A Regional Point of ViewM LewisLewis, M. 1983. Conservation A Regional Point of View dalam M. Bourke, M. Miles dan B. Saini, eds Protecting the Past for the Future. Canberra Australian Government Publishing Penelitian Deskriptif KualitatifMukhtarMukhtar. 2013. Metode Penelitian Deskriptif Kualitatif. Jakarta GP Press Umum Bahasa IndonesiaW J S PoerwadarmintaPoerwadarminta, W. J. S. 2003. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta Balai dan Konservasi Suatu Tinjauan Teori Perancangan KotaN K PontohPontoh, N. K. 1992. Preservasi dan Konservasi Suatu Tinjauan Teori Perancangan Kota. Jurnal PWK, 34-39W I ResmawatiResmawati W. I. 2014. Fungsi Gedung Taman Budaya Jawa Timur sebagai Wadah Aktifitas Seni Tradisional Jawa Timur tahun 1978-1988, e-Journal Pendidikan Sejarah, Concepts in Australian Management ArchaeologyL SmithSmith, L. 1996. Significance Concepts in Australian Management Archaeology dalam L. Smith dan A. Clarke, eds Issue in Management Archaeology, Tempus, Vol 5.
Arsitektur tradisional tidak bisa dilihat sebagai ujud fisik semata, sekedar aspek formalnya saja. Arsitektur tradisional harus dibaca sebagai artefak budaya, karena kehadirannya turut menginformasikan kekhasan budaya manusia yang menciptakannya; mencerminkan karakter masyarakat yang hidup di jamannya; dan mengekspresikan nilai budaya, sistem kepercayaan dan pola hidup yang dianut komunitasnya. Studi tentang arsitektur tradisional bukanlah lahan eksklusif para pakar di bidang arsitektur saja, karena banyak ber-irisan dan tumpang tindih dengan disiplin ilmu lain yang relevan, seperti antropologi, geografi, ilmu lingkungan, dan disiplin terkait lainnya. Namun demikian, dari waktu ke waktu perhatian dan keterlibatan pakar dari bidang arsitektur, baik di dalam dan di luar negeri, cenderung meningkat tajam, baik secara substantif maupun metodologis. Buku ini merupakan kumpulan hasil studi literatur dan lapangan seorang peneliti muda yang memiliki minat dan komitmen untuk mengembangkan pengetahuan tentang arsitektur Nusantara, ditulis dalam kegelisahan batin berbaur semangat untuk melestarikan nilai-nilai dan artefak budaya masyarakat etnik yang ada di Nusantara yang tengah digerus oleh kekuatan globalisasi yang bersifat sekular. Apa yang disajikan masih bersifat eksploratif, terbuka bagi pengkayaan data dan interpretasi lanjut, namun sudah layak untuk menjadi bahan rujukan dasar bagi mereka yang ingin melangkah lebih lanjut ke dalam khasanah pengetahuan tentang arsitektur Nusantara, juga sebagai bahan ajar tentang arsitektur tradisional bagi mahasiswa arsitektur strata sarjana. Di tengah kelangkaan sumber literatur tentang arsitektur tradisional di Nusantara, kehadiran buku ini tentunya akan membawa banyak hikmah dan manfaat. Namun demikian, substansi buku ini selayaknya tidak diterima secara doktrinal, melainkan secara kritis dan refleksif. Dengan demikian senantiasa akan terbuka wacana dan kesempatan untuk menyempurnakan substansi buku ini dari waktu ke waktu. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free A preview of the PDF is not available Audy WidhianingtyasSudianto AlyAbstrak - Salah satu cerminan kekayaan budaya Indonesia adalah arsitektur tradisional, tak terkecuali arsitektur Jawa yang sarat makna. Sayangnya, eksistensi arsitektur tradisional di era modern kian memudar. Adanya Plataran Dharmawangsa sebagai contoh pelestarian arsitektur Jawa meski telah mengalami penyesuaian pada fungsi dan desain menimbulkan ketertarikan untuk mempelajari bagaimana tata ruang dan bentuk arsitektur Jawa pada restoran Plataran Dharmawangsa di Jakarta. Untuk memperoleh jawaban dari pertanyaan, dilakukan kajian teori untuk mendasari penelitian ini. Teori yang dikaji adalah teori tata ruang dan bentuk arsitektur Jawa, ditinjau dari aspek orientasi, zonasi dan ruang-ruang, bentuk bangunan tradisional, elemen pembentuk ruang konsep kepala-badan-kaki, struktur dan konstruksi, serta ornamen, hingga diperoleh rangkuman sebagai alat analisis. Pada Bab 3, dipaparkan data-data terkait dengan objek penelitian yaitu Plataran Dharmawangsa berkaitan dengan teori arsitektur Jawa yang telah dipelajari pada bab 2, dimulai dari aspek orientasi, zonasi, ruang, massa, elemen pembentuk ruang, struktur, dan ornamen yang ada lewat foto-foto dan deskripsi. Pemaparan ini berfokus pada Ruang Sedap Malam, Ruang Kenanga, Ruang Melati, Ruang Kantil, dan Surau. Pada Bab 4, tata ruang dan bentuk arsitektur Jawa pada objek dianalisis dari keenam aspek, menggunakan alat analisis di bab 2. Hasilnya ditentukan dengan parameter sesuai’, penyesuaian’, atau tidak sesuai’, dan kemudian dirangkum. Pada Bab 5, disimpulkan bahwa dapat ditemukan tata ruang dan bentuk arsitektur Jawa pada restoran Plataran Dharmawangsa di Jakarta dengan adanya penyesuaian pada tiga aspek. Dari segi ruang, aspek orientasi dan zonasi ruang telah mengalami pergeseran akibat faktor geografis dan penyesuaian fungsi. Dari segi bentuk, penyesuaian terdapat pada aspek elemen pembentuk ruang, khususnya variabel pelingkup yang kini dikombinasikan dengan material dinding yang lebih transparan. Hal ini mendukung keharmonisan dengan alam dan menyatukan keragaman fasad pada Plataran Dharmawangsa. Tata ruang dan bentuk arsitektur Jawa ini kini menjadi karakteristik dan nilai tambah bagi restoran Plataran Dharmawangsa, dengan aktivitas restoran yang tetap dapat terwadahi dengan baik. Kata Kunci tata ruang, bentuk, arsitektur Jawa, restoran, Plataran Dharmawangsa, JakartaResearchGate has not been able to resolve any references for this publication.
Jelaskan Pengaruh Faktor Lingkungan Alam Bagi Perkembangan Seni Budaya Nusantara – Seni budaya Nusantara adalah warisan sejarah budaya yang diwariskan dari generasi ke generasi. Hal ini mencerminkan kebudayaan, etika, adat istiadat, dan budaya yang berbeda dari satu wilayah ke wilayah lainnya. Seni budaya Nusantara memberikan kontribusi yang sangat besar bagi perkembangan budaya di Indonesia. Faktor lingkungan alam memiliki pengaruh besar bagi perkembangan seni budaya Nusantara. Lingkungan alam yang beraneka ragam, seperti laut, hutan, danau, dan gunung, telah memberikan banyak inspirasi dan motif seni bagi masyarakat Nusantara. Seperti yang dapat dilihat pada motif-motif kain tenun yang menggambarkan keindahan dan keunikan lingkungan alam di suatu daerah. Motif-motif ini banyak dipakai untuk membuat berbagai produk seni budaya seperti kain tenun, ukiran, dan lukisan. Selain itu, warisan kebudayaan yang ditinggalkan oleh para nenek moyang juga memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan seni budaya Nusantara. Banyak bentuk seni dan budaya, seperti tarian, musik, dan lukisan, yang turun temurun dari generasi ke generasi. Mereka telah menciptakan warisan budaya yang sangat kaya. Seperti yang dapat kita lihat pada berbagai bentuk seni yang dibawa para pengungsi dari daerah asal mereka ketika mereka pindah ke daerah lain. Ketika datang ke perkembangan seni budaya Nusantara, faktor iklim juga tidak dapat diabaikan. Iklim yang berbeda-beda dari satu wilayah ke wilayah lain menghasilkan berbagai jenis seni dan budaya. Kebudayaan yang berbeda dari satu daerah ke daerah lain menghasilkan berbagai jenis seni tradisional dan kegiatan seni yang berbeda-beda. Bahkan, ada beberapa budaya yang dipengaruhi oleh cuaca dan iklim. Faktor lingkungan alam merupakan salah satu faktor penting dalam perkembangan seni budaya Nusantara. Lingkungan alam yang beragam memberikan banyak inspirasi dan motif seni bagi masyarakat Nusantara. Warisan budaya yang ditinggalkan oleh para nenek moyang juga memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan seni budaya Nusantara. Berbagai jenis iklim juga menghasilkan berbagai macam budaya dan seni. Oleh karena itu, faktor lingkungan alam merupakan faktor penting yang harus diperhatikan dalam perkembangan seni budaya Nusantara. Daftar Isi 1 Penjelasan Lengkap Jelaskan Pengaruh Faktor Lingkungan Alam Bagi Perkembangan Seni Budaya – Seni budaya Nusantara merupakan warisan budaya yang diwariskan dari generasi ke generasi yang mencerminkan berbagai kebudayaan, etika, adat istiadat, dan budaya di – Faktor lingkungan alam memiliki pengaruh besar bagi perkembangan seni budaya Nusantara, antara lain laut, hutan, danau, dan – Lingkungan alam yang beraneka ragam telah memberikan banyak inspirasi dan motif seni bagi masyarakat – Warisan kebudayaan yang ditinggalkan oleh para nenek moyang juga memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan seni budaya – Berbagai jenis iklim juga menghasilkan berbagai macam budaya dan – Faktor lingkungan alam merupakan faktor penting yang harus diperhatikan dalam perkembangan seni budaya Nusantara. – Seni budaya Nusantara merupakan warisan budaya yang diwariskan dari generasi ke generasi yang mencerminkan berbagai kebudayaan, etika, adat istiadat, dan budaya di Indonesia. Seni budaya Nusantara merupakan warisan budaya yang diwariskan dari generasi ke generasi yang mencerminkan berbagai kebudayaan, etika, adat istiadat, dan budaya di Indonesia. Seni budaya Nusantara banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan alam. Ini karena faktor lingkungan alam memiliki kontribusi besar dalam perkembangan seni budaya di Nusantara. Faktor lingkungan alam yang menentukan perkembangan seni budaya Nusantara adalah geografi, iklim, dan sumber daya alam. Kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau dan berbagai jenis tanah menjadi faktor yang sangat penting dalam membentuk dan mengembangkan berbagai tradisi budaya. Selain itu, iklim yang beragam juga memainkan peran penting dalam perkembangan budaya di Indonesia. Iklim yang berbeda memungkinkan berbagai jenis tanaman dan hewan untuk tumbuh dan berkembang. Ini membuat masyarakat Nusantara lebih mudah untuk mengembangkan banyak aktivitas budaya seperti tarian, seni rupa, dan seni lainnya. Selain itu, keanekaragaman sumber daya alam juga berpengaruh terhadap seni budaya Nusantara. Hal ini karena sumber daya alam telah menyediakan bahan mentah yang digunakan untuk membuat berbagai macam produk budaya seperti kerajinan, lukisan, dan perlengkapan budaya. Beberapa contoh produk budaya yang dibuat dengan bahan sumber daya alam adalah keris, wayang, dan topeng. Ini mencerminkan bahwa sumber daya alam memiliki andil besar dalam perkembangan seni budaya Nusantara. Kesimpulannya, faktor lingkungan alam telah berperan penting dalam membentuk dan mengembangkan seni budaya di Nusantara. Kondisi geografis, iklim, dan sumber daya alam telah membentuk berbagai jenis budaya yang berbeda di Indonesia. Sumber daya alam telah menyediakan bahan mentah yang digunakan untuk membuat berbagai macam produk budaya. Dengan demikian, faktor lingkungan alam memiliki kontribusi besar dalam perkembangan seni budaya di Nusantara. – Faktor lingkungan alam memiliki pengaruh besar bagi perkembangan seni budaya Nusantara, antara lain laut, hutan, danau, dan gunung. Pengaruh faktor lingkungan alam bagi perkembangan seni budaya Nusantara sangat besar. Faktor lingkungan alam di Nusantara meliputi laut, hutan, danau, dan gunung. Ini berarti bahwa perkembangan seni dan budaya Nusantara telah dipengaruhi oleh kondisi alam yang berbeda. Laut telah memiliki pengaruh yang besar terhadap seni budaya Nusantara. Ini dapat dilihat dari berbagai lagu dan tarian yang berasal dari laut. Lagu-lagu laut dan tarian-tarian laut telah menjadi bagian dari tradisi budaya Nusantara. Selain itu, laut juga telah memengaruhi seni bercocok tanam dan budaya nelayan di Nusantara. Beberapa kebudayaan nelayan telah menjadi bagian dari budaya Nusantara, seperti upacara pernikahan nelayan, upacara kelahiran, musik nelayan, dan lainnya. Hutan juga telah memengaruhi seni budaya Nusantara. Kebudayaan suku-suku asli yang berasal dari hutan telah menjadi bagian dari seni budaya Nusantara. Ini termasuk lagu-lagu suku asli, tarian-tarian, dan upacara-upacara. Selain itu, hutan juga telah memengaruhi budaya nelayan dan pertanian di Nusantara. Beberapa jenis tanaman yang dipanen di hutan telah menjadi bagian dari makanan tradisional Nusantara. Danau juga telah memengaruhi seni budaya Nusantara. Beberapa tarian dan lagu yang berasal dari danau telah menjadi bagian dari budaya Nusantara. Selain itu, danau juga telah memengaruhi budaya nelayan dan pertanian di Nusantara. Beberapa jenis tanaman yang dipanen di danau telah menjadi bagian dari makanan tradisional Nusantara. Gunung juga telah memengaruhi seni budaya Nusantara. Beberapa suku-suku yang berasal dari gunung telah menjadi bagian dari seni budaya Nusantara. Ini termasuk lagu-lagu suku asli, tarian-tarian, dan upacara-upacara. Selain itu, gunung juga telah memengaruhi budaya nelayan dan pertanian di Nusantara. Beberapa jenis tanaman yang dipanen di gunung telah menjadi bagian dari makanan tradisional Nusantara. Dari contoh-contoh di atas, dapat dilihat bahwa faktor lingkungan alam memiliki pengaruh yang besar terhadap seni budaya Nusantara. Laut, hutan, danau, dan gunung telah memengaruhi berbagai aspek kebudayaan di Nusantara. Ini termasuk lagu-lagu, tarian-tarian, upacara-upacara, dan makanan tradisional. Ini berarti bahwa faktor lingkungan alam telah berperan penting dalam perkembangan seni budaya Nusantara. – Lingkungan alam yang beraneka ragam telah memberikan banyak inspirasi dan motif seni bagi masyarakat Nusantara. Pengaruh faktor lingkungan alam bagi perkembangan seni budaya Nusantara telah terjadi sejak zaman dahulu. Lingkungan alam merupakan salah satu sumber daya alam yang paling berpengaruh bagi perkembangan seni budaya Nusantara. Lingkungan alam yang berbeda-beda di wilayah Nusantara telah memberikan banyak inspirasi dan motif seni bagi masyarakat Nusantara. Keberagaman lokasi geografis di wilayah Nusantara telah menjadi salah satu pendorong utama perkembangan seni budaya Nusantara. Wilayah Nusantara memiliki berbagai jenis lanskap alam yang berbeda, mulai dari pegunungan, hutan, pantai, danau, dataran tinggi, hingga laut. Masing-masing jenis lanskap alam ini memiliki karakteristik yang berbeda sehingga memberikan berbagai pola dan motif seni budaya yang berbeda. Keberagaman iklim di wilayah Nusantara juga merupakan faktor penting yang mempengaruhi perkembangan seni budaya Nusantara. Wilayah Nusantara memiliki iklim tropis dengan suhu yang cenderung panas sepanjang tahun. Hal ini menyebabkan masyarakat Nusantara mengembangkan berbagai jenis seni dan budaya yang sesuai dengan kondisi iklim mereka, seperti tarian, lagu, dan lain-lain. Keberagaman budaya suku di wilayah Nusantara juga menjadi salah satu faktor penting yang mempengaruhi perkembangan seni budaya Nusantara. Wilayah Nusantara memiliki berbagai macam suku yang memiliki budaya dan tradisi yang berbeda-beda. Setiap suku memiliki ciri-ciri seni budaya yang berbeda-beda, seperti tarian, lagu, lukisan, dan lain-lain. Hal ini telah memberikan banyak inspirasi dan motif seni bagi masyarakat Nusantara. Keberagaman agama di wilayah Nusantara juga memiliki pengaruh besar bagi perkembangan seni budaya Nusantara. Berbagai macam agama telah menyebarkan nilai-nilai seni budaya yang berbeda-beda di wilayah Nusantara. Agama Hindu, Islam, Kristen, dan Budha telah menyumbangkan berbagai macam nilai-nilai seni budaya yang berbeda-beda yang telah menginspirasi masyarakat Nusantara. Dari semua faktor lingkungan alam di atas, dapat disimpulkan bahwa lingkungan alam telah memberikan banyak inspirasi dan motif seni bagi masyarakat Nusantara. Keberagaman lingkungan alam di wilayah Nusantara telah menjadi salah satu faktor utama yang mempengaruhi perkembangan seni budaya Nusantara. Masyarakat Nusantara telah menggunakan keindahan dan keanekaragaman lingkungan alam untuk mengembangkan seni budaya yang unik dan menarik. Oleh karena itu, lingkungan alam merupakan salah satu sumber daya alam yang paling berpengaruh bagi perkembangan seni budaya Nusantara. – Warisan kebudayaan yang ditinggalkan oleh para nenek moyang juga memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan seni budaya Nusantara. Seni dan budaya merupakan bagian integral dari kehidupan manusia. Seni dan budaya Nusantara merupakan simbol keunikan dari setiap daerah yang menjadi komposisi bagian dari wilayah Indonesia. Seni dan budaya Nusantara pada dasarnya mencerminkan pergaulan antar bangsa, budaya, dan agama yang terjadi di seluruh wilayah Indonesia. Dalam perkembangan seni budaya Nusantara, faktor lingkungan alam memegang peranan penting. Lingkungan alam dapat mempengaruhi perkembangan seni budaya Nusantara melalui beberapa cara, yaitu warisan kebudayaan yang ditinggalkan oleh para nenek moyang, budaya tradisional dan nilai-nilai yang telah ada sejak lama. Warisan kebudayaan yang ditinggalkan oleh para nenek moyang juga memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan seni budaya Nusantara. Warisan kebudayaan tersebut berupa tradisi, cara berpakaian, adat istiadat, bahasa, dan musik yang masih hidup hingga saat ini. Selain itu, warisan kebudayaan juga berupa budaya material seperti patung, karya seni, dan alat musik. Ketika para nenek moyang mula-mula datang di wilayah Indonesia, mereka telah membawa berbagai budaya yang berbeda dari tempat asal mereka. Budaya-budaya tersebut kemudian menyebar di seluruh wilayah Nusantara dan berinteraksi dengan budaya setempat, sehingga membentuk seni dan budaya yang khas. Selain warisan kebudayaan yang ditinggalkan oleh para nenek moyang, budaya tradisional juga memiliki pengaruh yang kuat terhadap perkembangan seni budaya Nusantara. Budaya tradisional merupakan pola perilaku yang dapat diturunkan dari generasi ke generasi. Budaya tradisional terdiri dari berbagai unsur, seperti tradisi, adat istiadat, dan nilai-nilai yang telah ada sejak lama. Budaya tradisional tersebut kemudian berkembang dan beradaptasi dengan lingkungan alam. Hal ini menyebabkan seni dan budaya Nusantara menjadi lebih kaya dan beragam. Kesimpulannya, lingkungan alam memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan seni budaya Nusantara. Warisan kebudayaan yang ditinggalkan oleh para nenek moyang, budaya tradisional, dan nilai-nilai yang telah ada sejak lama telah memberikan kontribusi yang besar terhadap perkembangan seni budaya Nusantara. Hal ini menyebabkan seni dan budaya Nusantara menjadi lebih kaya dan beragam. – Berbagai jenis iklim juga menghasilkan berbagai macam budaya dan seni. Pengaruh faktor lingkungan alam terhadap perkembangan seni budaya Nusantara telah lama dikenali dan diakui sebagai faktor yang menentukan. Sekalipun budaya dan seni berkembang dengan waktu, lingkungan alam selalu memainkan peran dalam menentukan jenis-jenis seni dan budaya yang berkembang. Lingkungan alam yang berbeda menciptakan berbagai macam budaya dan seni yang berbeda-beda pula. Lingkungan alam yang paling berpengaruh terhadap perkembangan seni dan budaya di Nusantara adalah iklim. Iklim merupakan faktor lingkungan alam yang paling menentukan dalam perkembangan seni dan budaya di Nusantara. Kondisi iklim yang berbeda menyebabkan beragam jenis seni dan budaya berkembang di berbagai daerah. Misalnya, iklim tropis yang terkenal di Indonesia telah menjadi alasan utama banyak seni menari dan musik tradisional yang berkembang di wilayah tropis. Berbagai jenis iklim juga menghasilkan berbagai macam budaya dan seni. Iklim tropis, misalnya, telah menjadi alasan utama banyak seni menari dan musik tradisional yang berkembang di wilayah tropis. Di daerah tropis, budaya dan seni memiliki ciri khas berupa warna-warna lembut, tarian yang penuh gairah, dan musik yang lembut. Di daerah yang lebih dingin, seperti di daerah pegunungan, budaya dan seni memiliki ciri khas yang berbeda, seperti warna-warna yang lebih gelap, tarian yang lebih keras, dan musik yang lebih keras dan berat. Kondisi iklim juga berpengaruh terhadap jenis bahan-bahan yang digunakan dalam proses pembuatan seni dan budaya. Di daerah tropis, bahan-bahan yang digunakan dalam seni dan budaya biasanya terbuat dari bahan-bahan alami yang mudah diperoleh di daerah tropis, misalnya, kayu dan batu. Di daerah pegunungan, bahan-bahan yang digunakan biasanya terbuat dari bahan-bahan yang lebih berat, seperti besi dan logam. Faktor lingkungan alam lainnya yang juga berpengaruh terhadap perkembangan seni dan budaya adalah keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati yang tinggi di Nusantara telah membawa banyak keanekaragaman budaya dan seni. Di Nusantara, banyak seni dan budaya yang berasal dari berbagai jenis hewan dan tumbuhan, seperti tarian burung, tarian rusa, dan musik gong. Kesimpulannya, pengaruh faktor lingkungan alam terhadap perkembangan seni budaya Nusantara telah lama dikenali dan diakui sebagai faktor yang menentukan. Iklim yang berbeda menciptakan berbagai macam budaya dan seni yang berbeda-beda pula. Berbagai jenis iklim juga menghasilkan berbagai macam budaya dan seni. Keanekaragaman hayati di Nusantara juga telah membawa banyak keanekaragaman budaya dan seni. Dengan demikian, faktor lingkungan alam memiliki peran penting dalam menentukan jenis-jenis seni dan budaya yang berkembang di Nusantara. – Faktor lingkungan alam merupakan faktor penting yang harus diperhatikan dalam perkembangan seni budaya Nusantara. Faktor lingkungan alam merupakan faktor penting yang harus diperhatikan dalam perkembangan seni budaya Nusantara. Lingkungan alam merupakan kondisi di mana seorang individu hidup, mempengaruhi dan memengaruhi cara orang berpikir dan bertindak. Lingkungan alam juga merupakan salah satu sumber paling penting dalam pembentukan dan perkembangan seni budaya Nusantara. Salah satu cara lingkungan alam mempengaruhi seni budaya Nusantara adalah melalui kebudayaan lokal. Budaya lokal mencakup aspek-aspek seperti tata cara, nilai-nilai, dan tradisi yang diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya lokal tidak hanya mempengaruhi seni budaya Nusantara, tetapi juga kebudayaan regional, nasional, dan internasional. Kebudayaan lokal dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan alam seperti iklim, tanah, air, dan jenis tanaman. Iklim, misalnya, dapat memengaruhi cara orang berpakaian, prasangka dan cara pandang hidup. Suhu yang rendah dapat memengaruhi kebiasaan berpakaian yang berbeda dari daerah dengan suhu yang lebih hangat. Faktor lingkungan alam juga memengaruhi seni budaya Nusantara melalui penggunaan bahan-bahan alami. Bahan alami yang digunakan dalam seni budaya Nusantara berasal dari alam. Misalnya, bahan-bahan yang digunakan untuk menghasilkan produk kerajinan tangan seperti gantungan kunci, keranjang, dan tas berasal dari tumbuhan, hewan, dan bahan alam lainnya. Bahan-bahan ini juga dapat memengaruhi kualitas dan desain produk. Faktor lingkungan alam juga dapat memengaruhi seni budaya Nusantara melalui kegiatan rekreasi. Kegiatan rekreasi dapat bervariasi sesuai dengan lokasi, iklim, dan kondisi alam di daerah tersebut. Kegiatan rekreasi dapat mencakup berbagai hal seperti kegiatan berolahraga, memancing, dan berburu. Hal ini dapat memengaruhi bagaimana orang berinteraksi dan berbaur dengan budaya dan tradisi di daerah tersebut. Faktor lingkungan alam juga memengaruhi seni budaya Nusantara melalui kegiatan transportasi. Kegiatan transportasi dapat bervariasi sesuai dengan lokasi, iklim, dan kondisi alam di daerah tersebut. Kegiatan transportasi dapat mencakup pengangkutan laut, darat, dan udara. Hal ini dapat memengaruhi cara orang berpindah dari satu tempat ke tempat lain dan bagaimana mereka berinteraksi dengan budaya dan tradisi di daerah tersebut. Dalam kesimpulannya, dapat dikatakan bahwa faktor lingkungan alam merupakan faktor penting yang harus diperhatikan dalam perkembangan seni budaya Nusantara. Lingkungan alam memengaruhi seni budaya Nusantara melalui kebudayaan lokal, penggunaan bahan alami, dan kegiatan rekreasi dan transportasi. Dengan memperhatikan faktor lingkungan alam, kita dapat memastikan bahwa budaya dan tradisi yang telah ada akan terus berkembang dan beradaptasi dengan lingkungan.
jelaskan pengaruh faktor lingkungan alam bagi perkembangan seni budaya nusantara